Tidak bisa kita pungkiri yang banyak diminati oleh para pemuda, terutama yang baru saja melepaskan masa sekolah SLTA adalah masuk perguruan tinggi negeri. Dari beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia kebanyakan merupakan perguruan tinggi negeri umum, dan itu merupakan yang paling banyak diminati oleh para pemuda / mahasisiwa. Belum ketika kita berbicara perguruan tinggi swasta lebih banyak lagi adalah kampus umum dan itu adalah lebih dominan dipilih oleh mahasiswa. Ma`af bukan berarti merendahkan atau mengajak mahasiswa untuk lebih memilih perguruan tinggi umum atau meninggalkan perguruan tinggi keagamaan. Ini hanya sebagai catetan bagi kita betapa pentingnya kita membaca arah gerakan kita dan menentukan paradigma gerakan untuk perkembangan kader.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) diharapkan dapat memperkuat keberadaannya di kampus-kampus umum. Selama ini kaderisasi PMII di kampus umum sangat lemah, sehingga keberadaan organisasasi kemahasiswaan berbasis Nahdlatul Ulama (NU) ini kurang marketable.Menurut saya, pengembangan PMII di kampus umum terasa berat. Banyak hambatan dalam kaderisasi organisasi berbasis mahasiswa NU ini ke kalangan mahasiswa kampus umum. Walaupun PMII Brojonegoro dulunya merupakan perintis PMII di lampung dan pernah jaya pada beberapa priode kepengurusan. “Pengembangan PMII di Unila sangat sulit. Di tengah padat dan ketatnya perkuliahan di Unila, kami harus kreatif dan inovatif untuk membuat PMII diterima mahasiswa. Selain itu PMII harus mampu menyesuaikan diri dengan kecenderungan mahasiswa-mahasiswa pada zaman sekarang. Banyak kendala yang dihadapi itulah membuat PMII di Brojonegoro Unila sering mengalami pasang surut.
PMII masuk ke Brojonegoro Unila pada tahun 1960-an. Namun selama kurun 1960-an hingga 2007, PMII sering mengalami masa-masa vakum akibat keterputusan kaderisasi. Bahkan pada tahun 2003 sampai pertengahan tahun 2006 PMII sempat tidak ada sama sekali warganya yang ada di komisariat Brojonegoro Unila, namun pada akhir tahun 2006 PMII bangkit kembali, yang berawal dari mengkader seseorang yang cerdas, intelektual, professional, militant dan bertanggung jawab yaitu sahabat Faridh Almuhayat Uhib, tidak lama setelah ia menjadi kader dan memimpin komosariat Brojonegoro ini, terlihat perubahan dan bangkitnya kembali PMII di Universitas Lampung. ia telah membentuk kader-kader militant, ketika di tanya pada suatu acara ia mengatakan “saya pada saat ini masih membentuk kader-kader yang saya siapkan untuk masa depan setelah saya meninggalkan kampus Universitas Lampung saya masih memiliki kader yang setia dan siap untuk mengembang PMII di Unila”.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) diharapkan dapat memperkuat keberadaannya di kampus-kampus umum. Selama ini kaderisasi PMII di kampus umum sangat lemah, sehingga keberadaan organisasasi kemahasiswaan berbasis Nahdlatul Ulama (NU) ini kurang marketable.Menurut saya, pengembangan PMII di kampus umum terasa berat. Banyak hambatan dalam kaderisasi organisasi berbasis mahasiswa NU ini ke kalangan mahasiswa kampus umum. Walaupun PMII Brojonegoro dulunya merupakan perintis PMII di lampung dan pernah jaya pada beberapa priode kepengurusan. “Pengembangan PMII di Unila sangat sulit. Di tengah padat dan ketatnya perkuliahan di Unila, kami harus kreatif dan inovatif untuk membuat PMII diterima mahasiswa. Selain itu PMII harus mampu menyesuaikan diri dengan kecenderungan mahasiswa-mahasiswa pada zaman sekarang. Banyak kendala yang dihadapi itulah membuat PMII di Brojonegoro Unila sering mengalami pasang surut.
PMII masuk ke Brojonegoro Unila pada tahun 1960-an. Namun selama kurun 1960-an hingga 2007, PMII sering mengalami masa-masa vakum akibat keterputusan kaderisasi. Bahkan pada tahun 2003 sampai pertengahan tahun 2006 PMII sempat tidak ada sama sekali warganya yang ada di komisariat Brojonegoro Unila, namun pada akhir tahun 2006 PMII bangkit kembali, yang berawal dari mengkader seseorang yang cerdas, intelektual, professional, militant dan bertanggung jawab yaitu sahabat Faridh Almuhayat Uhib, tidak lama setelah ia menjadi kader dan memimpin komosariat Brojonegoro ini, terlihat perubahan dan bangkitnya kembali PMII di Universitas Lampung. ia telah membentuk kader-kader militant, ketika di tanya pada suatu acara ia mengatakan “saya pada saat ini masih membentuk kader-kader yang saya siapkan untuk masa depan setelah saya meninggalkan kampus Universitas Lampung saya masih memiliki kader yang setia dan siap untuk mengembang PMII di Unila”.
Ketika kita berbicara kelemahan seperti diatas, saya fakir itu jangan membuat kita untuk melemah atau putus semangat untuk berjuang bersama karena kelemahan dan pengalaman yang sudah dapat kita jadikan bahan pembelajaran. Saya berharap dari sahabat-sahabat Brojo, pengurus cabang Bandar Lampung, coordinator cabang dan PB dapat mengembangkan konsep kaderisasi yang dibutuhkan diBrojonegoro dan kampus umum lainnya. Langkah kita saya fikir tidak terlepas dari apa yang dibutuhkan mahasiswa dan dibutuhkan PMII saat ini. Mahasiswa membutuhkan kajian ilmu yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya sedangkan PMII membutuhkan kader-kader intelektual yang tangguh dari lintas disiplin. Selama ini spesialisasi kader PMII didominasi ilmu agama. Ke depan PMII harus memperkaya diri dengan kader dari ilmu-ilmu umum melalui peningkatkan kaderisasi. Semangat!!!