“Islam adalah Agama yang realistis dan mencintai alam, kekuatan, keindahan, kelimpahan, kemajuan, dan keterpenuhan segala kebutuhan manusia”.
Bahwasanya umat Islam diajak untuk tunduk kepada Allah dan didorong untuk memberontak melawan penindasan, ketidak-adilan, kebodohan, serta ketiadaan persamaan (ketimpangan). Akar pokok Agama Islam adalah Tauhid atau pernyataan monoteistis bahwa Allah itu Esa. Akan tetapi bagi Syari’ati, Tauhid juga merupakan pandangan dunia yang melihat seluruh dunia sebagai sistem yang utuh-menyeluruh, harmonis, hidup, dan sadar diri, yang melampaui segala dikotomi, dibimbing oleh tujuan Ilahi yang sama. M. Amin Rais menamai manifestasi nilali-nilaitauhid dalam dataran pergaulan dan realitas sosial secara konkret dengan “Tauhid Sosial”. Sesungguhnya ada dimensi sosial di dalam setiap ajaran tauhid.
Islam berarti sebagai ketundukan kepada prinsip-prinsip kebenaran, kesetaraan sosial, cinta, dan prinsip-prinsip lain yang melandasi berdirinya suatu komunitas yang bebas dan setara. Islam bukanlah ide baku atau suatu sistem ritual-ritual, upacara-upacara dan lembaga-lembaga yang kaku, melainkan suatu prinsip progresif yang selalu menghapuskan tatanan-tatanan yang lama. Musa menghapus tatanan sosial yang dibangun Ibrahim. Isa mencabut tatanan ekonomi Musa. Muhammad SAW menghapus lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang dibangun oleh nabi-nabi sebelumnya. Tetapi semuanya saling menegaskan kebenaransatu sama lain. Kebenarannya adalah bahwa semua manusia adalah setara. Mereka harus jujur, berkata benar, dan berjuang melawan kekuatan-kekuatan jahat, diskriminasi, penindasan, dan kepalsuan. Lembaga-lembaganya boleh berubah, adat-istiadatnya juga boleh bervariasi, tetapi kebenaran, kesetaraan dan persaudaraan tetap tinggal sebagai prinsip-prinsip masyarakat yang bebas, adil, dan egaliter.
Teologi Islam adalah Teologi Pembebasan yang membumi dan humanis, dari Tuhan untuk manusia penghuni bumi. Teologi pembebasan menemukan momentumnya, khususnya ketika marak dan gencarnya pemberantasan kemiskinan dan keterbelakangan ditanah air maupun dibelahan Dunia Ketiga umumnya. Dalam momen itulah Teologi alternatif diperlukan, yaitu Teologi Pembebasan, Teologi Populis atau Teologi padanan lainnya sebagai antitesis Teologi Elitis, rumit, dan melangit. Teologi yang dibutuhkan pada masa kini adalah Teologi yang membumi, yang mampu mendobrak supremasi tiranidan rezim lalim, mengenyahkan belenggu-belenggu kebebasan, mengejar berbagai ketertinggalan, mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan. Pesan Teologi tersebut sangat luhur, humanis, dan mulia.
Teologi Pembebasan menurut Asghar Ali Engineer, pertama, tidak mengnginkan status qou yang melindungi golongan kaya ketika berhadapan dengan golongan miskin. Dengan kata lain, Teologi Pembebasan bersifat anti kemapanan, apakah kemapanan religius ataupun kemapanan politik. Kedua, Teologi Pembebasan memainkan peran dalam membela kelompok tertindas (kaum mustadl’afin) serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini dengan cara membekali senjata ideologis yang kuat untuk melawan golongan yang menindasnya.
“Jika Musa jadi pembebas bangsa Israel, maka Muhammad SAW adalah pembebas bagi seluruh umat manusia”
semangat
BalasHapus